Saya rasa tidak banyak yang mau melakukan ini. Rela disalahmengerti.
Hidup yang penuh prasangka maupun penilaian dari orang lain, maka menjadi salah paham ataupun adanya miskomunikasi adalah hal yang hampir tak terelakkan. Ada saatnya mungkin niat baik malah disalahtafsirkan, perkataan kita dipelintir, atau tindakan seseorang dianggap memiliki motif tersembunyi serta mengandung kesalahan.
Nah, respons alami kita sebagai manusia ketika disalahmengerti adalah ingin membela diri, menjelaskan panjang lebar, atau bahkan balik menyerang. Namun, hari ini kita diingatkan untuk menapaki jalan yang berbeda: Rela untuk disalahmengerti.
Tuhan kita pun mungkin adalah Pribadi yang paling sering disalahmengerti. Apa respons Yesus?
1 Petrus 2:23 (TSI), "Pada waktu Kristus dihina, Dia tidak menghina balik. Waktu disiksa, Dia tidak berkata, 'Awas, Aku akan membalasnya.' Dia hanya menyerahkan diri kepada Allah, karena Dia tahu bahwa Allah adalah Hakim yang adil."
They called him every name in the book and he said nothing back. He suffered in silence, content to let God set things right. (MSG)
When people insulted him, he did not insult them in return. When people caused him to suffer, he did not threaten …to get revenge/to cause them to suffer. Instead, he decided to let God, who always judges justly, prove that he …was innocent/had done nothing that is wrong (he left his case in the hands of God, who always judges justly). [DEIBLER]
Namun, melepas kebutuhan untuk selalu ingin membalas ataupun membela diri adalah tindakan iman. Kita percaya Allah melihat kebenaran dan akan membela pada waktunya. Kedamaian batin pun tidak berasal sekadar dari pengakuan orang lain, tetapi lebih pada bagaimana hubungan kita dengan Tuhan?
Rela disalahmengerti bukan berarti kita pasif tanpa mengerjakan ataupun melakukan yang masih bisa kita lakukan, ataupun tidak memberikan penjelasan dengan baik, melainkan melepas keterikatan ataupun kecemasan akan hasilnya.
Nah, bagaimana dengan Saudara akhir-akhir ini? Apakah sedang disalahmengerti, serta apa respons yang paling dominan saat disalahmengerti? Apakah kita cenderung langsung marah, membela diri, atau terdiam sambil menyimpan kekecewaan? Masihkah ada area dalam hidup kita di mana kita perlu berhenti berusaha membuktikan bahwa kita harus selalu benar, dan mulai belajar mempercayakannya serta berserah kepada Tuhan?
Pada saat kita disalahpahami, disalahmengerti, biarlah kita justru semakin mendekat pada-Nya, sumber pengertian serta kasih yang sejati.
Yesaya 53:7 (BIS), "Ia diperlakukan dengan kejam, tapi menanggungnya dengan sabar. Ia tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian atau induk domba yang dicukur bulunya."
Ia diperlakukan dengan tidak baik, tetapi ia tidak pernah melawan. Ia tidak mengatakan apa-apa seperti seekor domba diambil untuk disembelih. Ia seperti anak domba yang tidak bersuara apabila orang memotong bulunya. Ia tidak pernah membuka mulutnya mempertahankan diri. (VMD)
~ FG