Kita mungkin sering mendengar dan membaca tentang kisah Anak yang Hilang.
Pun kita barangkali pernah memposisikan diri, entah sama dengan anak yang bungsu, ataupun terhadap anak yang sulung. (Terutama kira-kira dengan yang bungsu.)
Namun, pernahkah kita sesekali menemukan diri sejajar atau paralel dan mirip dengan contoh tokoh sang ayah dalam perumpamaan tersebut?
Betapa baiknya sang ayah terhadap mereka! Ia mencermati apa yang harus dibagikannya kepada keduanya, seolah tanpa memiliki asumsi atau pemikiran negatif apa pun. Bagaimana dengan kita, masihkah sering berasumsi dan berpikir negatif terhadap orang lain, bahkan tidak menaruh percaya kepada orang-orang terdekat maupun keluarga kita sendiri?
Bapa mereka menyambutnya, bahkan berlari kepadanya, anak bungsunya yang telah menyadari keadaannya, berbalik, bertobat, dan memohon pengampunan. Bagaimana dengan kita sendiri ketika ada orang lain yang berbuat salah terhadap kita, apalagi yang mungkin tidak menyadari, bahkan tidak meminta maaf?
Berbeda dari sang bapa, anak sulungnya itu tidak mau memberi pengampunan, serta memiliki rasa iri hati terhadap adiknya yang datang begitu saja meminta ampun kepada ayahnya setelah berbuat dosa. Apakah kita juga seperti demikian ketika ada orang lain yang menerima pertolongan, terutama berkat dari Tuhan, dan mereka lupa akan jasa kita yang mungkin juga menolong mereka? Bapanya juga berinisiatif memberi pengertian terhadap anak sulungnya, bahwa sudah sepatutnya mereka bersukacita untuk pemulihan maupun momen yang berharga itu.
Yakobus 4:9 (TSI), "Bertobatlah sungguh-sungguh dengan hati yang sedih, menyesal, dan meratap. Daripada bersenang-senang dan gembira, lebih baik kamu menangisi keadaan rohanimu."
[As you draw near to God] be deeply penitent and grieve, even weep [over your disloyalty]. Let your laughter be turned to grief and your mirth to dejection and heartfelt shame [for your sins]. (AMP)
Hit bottom, and cry your eyes out. The fun and games are over. Get serious, really serious. (MSG)
Lukas 15:32 (TSI), "Tetapi sudah seharusnya kita bersukacita dan merayakan kepulangan adikmu! Karena dulu Bapak pikir adikmu ini seakan sudah hilang dan mati, tetapi ternyata dia masih hidup dan sekarang berkumpul kembali dengan kita di sini.'"
Lukas 5:8 (TSI), "Melihat keajaiban itu, sujudlah Petrus di depan Yesus dan berkata, "Tuhan, tinggalkanlah saya, karena saya ini orang berdosa."
Ketika Simon menyadari apa yang telah terjadi, ia berlutut di hadapan Yesus dan berkata, "Ya, Tuhan, tinggalkanlah kami. Saya orang yang penuh dosa dan tidak layak Tuhan dekati." (FAYH)
Simon and all the men who were with him were amazed at how many fish they had taken. James and John, the two sons of Zebedee, who were Simon's partners, were among those who were amazed. When Simon, whose other name was Peter, saw the fish, feeling ashamed to be in the presence of someone who obviously had God's power, he prostrated himself before Jesus and said, "Lord, you should go away from me, because I am a sinful man!" (DEIBLER)
Di hadapan hadirat-Mu, ya Bapa
Ku datang datang dengan penuh kerinduan
Di hadapan hadirat-Mu, ya Bapa
Segala keangkuhanku hilang
~ FG