
Saya sangat merasa diberkati mendengar kesaksian Pdt. Niko Njotorahardjo ketika beliau menyatakan bahwa beliau sangat-sangat dekat dengan Allah. Betapa itu pun seharusnya tujuan kita, memiliki keintiman, kedekatan, hubungan yang akrab dengan Tuhan. Setiap hari, setiap waktu, setiap saat kita dapat bercakap-cakap, berkomunikasi dengan-Nya.
Apalagi, kita adalah sahabat-sahabat-Nya. Ataukah tidak demikian adanya?
Ya, jika kita melakukan kehendak-Nya dan menaati Dia, kita tetap sahabat-Nya. Sebaliknya, jika selalu melakukan apa pun semau kita, serta selalu menuruti cara atau "jalan dunia", kita menjadikan diri ini musuh-Nya. Namun, belum terlambat apabila kita mau kembali berbalik kepada-Nya, sebab Ia setia.
Yakobus 2:23 (BSD), "Hal itu sesuai dengan ayat Kitab Suci yang menyatakan: 'Abraham percaya kepada Allah, dan karena itu Allah menerimanya sebagai orang yang melakukan kehendak Allah.' Dengan cara itulah Abraham menjadi sahabat Allah."
And [so] the Scripture was fulfilled that says, Abraham believed in (adhered to, trusted in, and relied on) God, and this was accounted to him as righteousness (as conformity to God's will in thought and deed), and he was called God's friend. (AMP)
The full meaning of "believe" in the Scripture sentence, "Abraham believed God and was set right with God," includes his action. It's that mesh of believing and acting that got Abraham named "God's friend." (MSG)
Yohanes 15:14 (FAYH), "Jikalau kalian taat kepada-Ku, kalian adalah sahabat-sahabat-Ku."
And you are my friends, if you obey me. (CEV)
Yakobus 4:4 (TSI), "Orang yang seperti itu sama saja dengan pelacur! Pelacur tidak mau setia kepada satu pasangan. Begitu jugalah kamu tidak mau setia kepada Allah! Seharusnya kamu tahu bahwa bersahabat dengan hal-hal duniawi berarti memusuhi Allah. Sekali lagi saya tegaskan: Kamu yang mau bersahabat dengan hal-hal duniawi berarti menjadikan dirimu musuh Allah."
Saudara seperti seorang istri yang tidak setia, yang mengasihi musuh-musuh suaminya. Tidakkah Saudara insaf bahwa mengikat persahabatan dengan musuh-musuh Allah, yaitu kesenangan-kesenangan jahat dari dunia ini, menjadikan Saudara musuh Allah? Sekali lagi saya katakan, bahwa jika Saudara berhasrat menikmati kesenangan seperti yang dinikmati oleh orang-orang yang belum diselamatkan, Saudara tidak dapat menjadi sahabat Allah. (FAYH)
You're cheating on God. If all you want is your own way, flirting with the world every chance you get, you end up enemies of God and his way. (MSG)
Catatan Full Life menjelaskan, Tuhan Yesus mengasihi murid-murid-Nya sehingga Dia membawa mereka dalam persahabatan dengan-Nya. Jadi, para pengikut Kristus adalah sahabat-sahabat Kristus, dan Dia bersedia memperhitungkan mereka demikian. Terhadap seorang asing, bisa saja dalam suatu kesempatan kita berbuat baik, namun terhadap seorang sahabat karib, kita akan melakukan segala hal demi kepentingannya, berusaha sedapat-dapatnya untuk mempedulikan dia. Seperti inilah yang Kristus lakukan terhadap semua orang percaya dengan mengangkat mereka menjadi sahabat-sahabat-Nya.
Dia mengunjungi mereka dan berbincang-bincang dengan mereka, menanggung beban mereka dan menggunakan kelebihan mereka yang terbaik, turut merasakan kesukaran mereka dan ikut senang melihat kesejahteraan mereka. Meski mereka sering bersikap tidak bersahabat, Kristus selalu menjadi seorang sahabat yang menaruh kasih setiap waktu.
Ratapan 3:24 (BIS), "TUHAN adalah hartaku satu-satunya. Karena itu, aku berharap kepada-Nya."
I'm sticking with GOD (I say it over and over). He's all I've got left. (MSG)
Deep in my heart I say, "The LORD is all I need; I can depend on him!" (CEV)
~ FG