2 Korintus 12:9 (FAYH), "Setiap kali Ia berkata: 'Tidak. Tetapi Aku menyertai engkau. Hanya itu yang kauperlukan. Kuasa-Ku dapat diperlihatkan dengan jelas di dalam orang yang lemah.' Sekarang saya bergembira dapat menjadi pernyataan yang hidup dari kuasa Kristus, dan bukannya memamerkan kuasa dan kecakapan saya sendiri."
But He said to me, My grace (My favor and loving-kindness and mercy) is enough for you [sufficient against any danger and enables you to bear the trouble manfully]; for {My} strength and power are made perfect (fulfilled and completed) {and show themselves most effective} in [your] weakness. Therefore, I will all the more gladly glory in my weaknesses and infirmities, that the strength and power of Christ (the Messiah) may rest (yes, may pitch a tent over and dwell) upon me! (AMP)
And then he told me, My grace is enough; it's all you need. My strength comes into its own in your weakness. Once I heard that, I was glad to let it happen. I quit focusing on the handicap and began appreciating the gift. It was a case of Christ's strength moving in on my weakness. (MSG)
Terkadang, Tuhan izinkan kita berada dalam keterbatasa.
Bahkan, saat kita merasa memerlukan pertolongan, Tuhan pun mungkin kadang tidak mengadakannya.
Namun, semua itu Dia lakukan supaya kita justru lebih mengalami Dia sendiri dan melawat kita dengan hadirat-Nya serta kuasa-Nya yang tidak terbatas.
Karena itu, seperti Paulus, bersyukurlah untuk apa pun yang sekiranya kita sedang alami, entahkah itu keterbatasan, kekurangan, maupun kelemahan. Sebab, justru saat kita berada di ujung paling ujung tanduk kemampuan serta kekuatan kita sendiri, lalu benar-benar mulai hanya bersandar dan berharap pada Allah, di sanalah letak kemenangan kita.
Tuhan Yesuslah kekuatan serta perlindungan yang sejati bagi kita.
~ Yuliana Sondakh