Suatu kali, seorang pria pernah berkata kepada John Wesley, pengkhotbah besar itu, "Saya tidak akan pernah bisa mengampuni orang itu." Lantas, John Wesley menjawab, "Kalau begitu, semoga Anda tidak pernah berbuat dosa lagi. Karena ketika kita menolak mengampuni, kita sebenarnya ibarat merusak jembatan yang kita juga sendiri butuhkan untuk menyeberang."
Kita semua membutuhkan pengampunan, baik dari manusia maupun terutama dari Allah. Ketika kita keras hati menolak mengampuni, seperti ujar John Wesley, kita sebenarnya sedang menutup pintu bagi pengampunan yang kita sendiri harapkan (Markus 11:26).
Namun, mengampuni juga bukan soal menghapus rasa sakit atau pura-pura tidak ada masalah. Mengampuni adalah keputusan untuk melepaskan hak kita membalas, menyerahkan rasa luka kita ke dalam tangan Allah, dan memberi ruang bagi-Nya untuk bekerja.
Saat kita menolak mengampuni, sebenarnya kita sedang mengikat diri dengan belenggu kepahitan. Nah, apakah kita menunda memberi pengampunan, padahal setiap hari kita sendiri mungkin menerima pengampunan dari-Nya?
Matius 6:12 (TSI), "Dan ampunilah kami masing-masing dari semua kesalahan kami di mata-Mu, sama seperti kami memaafkan orang-orang yang bersalah kepada kami."
Keep us forgiven with you and forgiving others. (MSG)
And forgive us our debts, as we also have forgiven (left, remitted, and let go of the debts, and have given up resentment against) our debtors. (AMP)
~ FG