1 Yohanes 1:9, "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."
Setiap kita pasti pernah berdosa. Bahkan Rasul Paulus mengakui, "Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23). Namun, kabar baiknya adalah Allah tidak menolak orang berdosa yang mau datang dengan hati hancur dan bertobat kepada-Nya. Ia membuka tangan untuk mengampuni, dan menyambut kita.
Mengakui dosa bukan hanya soal berkata, "Ampuni aku, Tuhan," melainkan juga tindakan hati yang menyadari pelanggaran yang kita lakukan di hadapan Allah, dan merindukan pemulihan hubungan dengan-Nya. Pengakuan yang sejati disertai dengan kerendahan hati, penyesalan, dan niat sungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya. Tanpa hubungan yang benar dengan Tuhan, apalagi kita sebagai anak-anak-Nya, hati kita akan selalu merasa dikejar-kejar oleh rasa bersalah.
Namun, pengakuan saja tidak cukup. Tuhan lebih lagi memanggil dan mendorong kita untuk menjauhi dosa. Artinya, ada perubahan arah hidup. Kita meninggalkan "jalan lama", dan mulai berjalan dalam ketaatan di dalam segala hal. Menjauhi dosa berarti menjauh segera dari godaan, menolak kompromi, serta memilih hidup dalam terang kebenaran maupun integritas.
Proses ini tidak mudah, tapi kita tidak melakukannya sendirian. Roh Kudus menolong kita, menguatkan, dan menuntun langkah kita. Firman Tuhan menjadi pelita, dan komunitas iman menjadi penopang dalam perjalanan rohani ini.
Nah, adakah dosa yang masih kita sembunyikan ataupun kompromikan dalam hidup kita?
Apakah kita sungguh-sungguh ingin menjauhi dosa itu, dan hidup dalam kekudusan?
Mazmur 51:9-11, "Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali! Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku!"
~ FG