
Seperti pada biasanya, pagi itu saya melakukan "ritual modern" yang hampir jadi refleks seluruh umat manusia di bumi saat ini: bangun, meraih ponsel, dan mengecek notifikasi.
Tidak ada pesan. Tidak ada chat baru. Tidak ada bunyi, "Ting!", yang menandakan seseorang mengingat atau mengirimi saya sesuatu.
Dan entah kenapa, saya merasa sedikit kecewa.
Aneh ya? Hari belum dimulai, tapi saya menunggu dihargai lewat validasi dari sebuah layar.
Namun di tengah kesunyian kamar, seolah ada bisikan lembut di hati saya: "Masalahnya bukan sinyalmu yang hilang, atau ada atau tidak notifikasi yang baru, tapi jiwamu yang sibuk dengan dunia."
Saya terdiam.
Kena di hati.
Kadang mungkin kita memperlakukan Tuhan seperti aplikasi. Kita harap Ia kirim notifikasi rohani tiap kali kita butuh petunjuk. Kita ingin jawaban cepat, tanda yang jelas, dan pesan pribadi yang muncul secara langsung atau in real time.
Dan saat itu tidak terjadi, kita merasa Tuhan tidak online.
Padahal, firman Tuhan dalam Mazmur sudah menulis jauh sebelum ponsel ditemukan:
Mazmur 46:10, "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"
Our God says, "Calm down, and learn that I am God! All nations on earth will honor me." (CEV)
"Step out of the traffic! Take a long, loving look at me, your High God, above politics, above everything." (MSG)
Kata-kata itu menusuk saya: Step out of the traffic… above politics, above everything… Karena sejujurnya, kita semua hidup dalam berbagai "lalu lintas", bukan sekadar di jalan raya, melainkan juga pada pikiran, media sosial, dan hal-hal lainnya.
Lalu kita berkata, "Aku tidak mendengar suara Tuhan." Padahal, mungkin bukan karena Dia diam, melainkan kita menutup telinga dengan kebisingan yang kita ciptakan sendiri. Mungkin Tuhan ingin kita sesekali berhenti menatap layar dan mulai menatap Dia. Jadi, kalau hari ini layar di ponsel kita sepi notifikasi, mungkin itu bukan gangguan sinyal, melainkan undangan surgawi untuk menikmati Dia di dalam hadirat-Nya.
"Ting!"
~ JP