Tidak bosan-bosannya kita diingatkan, pencobaan akan selalu ada sampai akhir hayat kita. Meski dicobai itu sendiri bukanlah dosa, melainkan menyerah terhadap godaan itulah yang akan membuat kita jatuh dalam dosa.
Setiap kita, orang-orang percaya, berkali-kali berhadapan dengan pilihan untuk menikmati kesenangan-kesenangan yang sementara dari dosa, ataukah mau belajar taat pada kehendak Allah meski dalam pergumulan serta penderitaan. Dan tidak bercabang hati (single-heartedness).
Ibrani 11:25-27 (FAYH), "Karena iman, Musa -- ketika sudah dewasa -- tidak mau diperlakukan sebagai cucu raja. Ia lebih suka ikut menanggung perlakuan buruk bersama-sama dengan umat Allah daripada menikmati kesenangan dosa yang bersifat sementara. Ia menganggap lebih baik menderita bagi Kristus, yang telah dijanjikan, daripada memiliki segala kekayaan di Mesir, karena ia mengharapkan pahala besar yang akan diberikan Allah kepadanya. Karena iman kepada Allah, ia meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Musa berjalan terus, seakan-akan ia melihat Allah menyertai dia."
He decided that it was better for others to mistreat him for a time along with the Israelite people, than to temporarily enjoy living sinfully in the King's palace. This is because he decided that if he suffered for the Messiah, it would be worth far more in God's sight than his owning all the treasures of Egypt that he would receive as Pharaoh's heir. He decided that because he looked forward to the time when God would give him an eternal reward. It was because he trusted God that he left Egypt. He was not afraid that the king would be angry because of his doing that. He kept going/did not turn back because it was as though he kept seeing God, whom no one can see. (DEIBLER)
Ia lebih suka menderita bersama umat Allah daripada bersenang-senang dengan hidup yang berdosa. Sebab, kesenangan seperti itu hanya sementara waktu. Bahkan ia mau dihina demi Raja Penyelamat yang dijanjikan Allah. Ia merasa itu lebih berharga daripada semua kekayaan yang ada di Mesir. Sebab, Musa ingin mendapat upah dari Allah di masa yang akan datang. Karena Musa percaya kepada Allah, maka ia keluar dari negeri Mesir. Ia tidak takut, meskipun raja marah. Ia terus pergi dan tidak mau kembali, karena ia seolah-olah sudah melihat Allah, meskipun Allah tidak kelihatan. (BSD)
Bersyukurlah apabila kita dapat tahan uji dalam menghadapi, serta lulus melewati ujian-ujian kehidupan, hanya oleh karena anugerah-Nya.
Matius 4:10 (FAYH), "'Pergi kau, Iblis,' kata Yesus. 'Kitab Suci menyatakan, 'Yang harus disembah hanyalah Tuhan Allah. Hanya Dialah yang harus ditaati.'"
Jesus' refusal was curt: "Beat it, Satan!" He backed his rebuke with a third quotation from Deuteronomy: "Worship the Lord your God, and only him. Serve him with absolute single-heartedness." (MSG)
~ FG