Sebuah mobil di jalan tol jalanan Singapura tampak melaju perlahan sesuai ketentuan speed limit atau batasan kecepatan, yakni sekitar 80 sampai 100 kilometer per jam. Namun, ketika telah lewat dari zona itu serta dirasanya tidak ada polisi ataupun kamera pengawas yang memperhatikan, ia pengemudinya mulai melajukan kendaraannya dengan sangat kencang, melebihi batas kecepatan tersebut.
Sementara, ada juga kendaraan lain yang terlihat melintas perlahan juga di zona speed limit yang sama. Namun, setelah melampui zona itu pun, serta dirasanya tidak ada kamera pengawas ataupun pak polisi dilihatnya, ia sang pengemudinya tetap mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan yang aman, nyaman, maupun sesuai ketentuan.
Yang manakah kita?
Mungkin banyak orang yang seperti pengendara mobil yang pertama, namun maukah kita untuk tetap taat pada peraturan seperti pengemudi kendaraan yang kedua saja? Sebab, mobil yang pertama tidak sungguh-sungguh patuh akan peraturan ataupun takut akan tindak hukuman terhadap pelanggaran, sedangkan kendaraan yang kedua tetap taat, ada ataupun tidak ada yang mengawasi.
Apakah kita demikian juga hanya melakukan perbuatan baik ataupun kegiatan rohani hanya untuk di depan orang-orang? Ataukah memang sesungguhnya kita demikian adanya, antara hati dan perbuatan maupun pikiran kita selaras, ada ataupun tidak ada orang yang melihat dan memperhatikan kita?
Matius 6:1 (TSI), ""Hati-hatilah! Jangan memamerkan perbuatan baikmu di depan umum supaya dilihat dan dipuji orang. Kalau kamu melakukannya, kamu tidak akan menerima upah atas perbuatan baikmu itu dari Bapamu yang di surga."
INGAT! Jangan berbuat baik di hadapan umum dengan tujuan supaya dikagumi orang, karena dengan demikian kalian akan kehilangan pahala dari Bapa yang di surga. (FAYH)
TAKE CARE not to do your good deeds publicly or before men, in order to be seen by them; otherwise you will have no reward [reserved for and awaiting you] with and from your Father Who is in heaven. (AMP)
~ FG