Betapa pentingnya untuk tetap menghargai hal-hal yang kecil dan mendasar.
Sewaktu pertama kali saya berhasil menaklukkan lari maraton --ataupun lebih tepatnya mungkin menaklukkan diri sendiri untuk mau mencoba-- saya masih mengingat waktu itu sempat menangis karena rasa haru bahwa ternyata mampu. Namun, jauh-jauh hari setelah itu, setelah naik level lari ultra, atau lebih dari 42 kilometer, sepertinya saya merasa menganggap berlari sejauh maraton itu biasa saja. Padahal, pastilah tidak demikian, karena jarak tersebut tetaplah masih merupakan sebuah jarak yang jauh bagi sebagian besar orang.
Tidak hanya dalam lari, tapi dalam banyak hal lainnya, mungkin kita juga menganggap hal-hal yang dahulu kecil, bahkan terlihat "sepele" maupun sederhana, menjadi biasa saja setelah kita melewati hari demi hari maupun mengalami peningkatan. Bergandengan tangan dengan pasangan, suami atau istri; bersaat teduh pribadi; atau berlari "sekadar" beberapa kilometer, berlatih, ataupun hal-hal lainnya, masihkah merupakan sesuatu yang kita syukuri serta hargai, dan lakukan?
Ataukah kita menganggap apa yang mendasar (basic) itu sudah biasa-biasa saja, sehingga kita kehilangan rasa saat melakukannya, bahkan menganggapnya tidak begitu penting lagi?
Kita tentu mengingat kejadian yang menimpa Uza karena mungkin telah menganggap biasa akan tabut Allah yang pernah berada beberapa waktu lamanya di rumahnya, sehingga ia menyentuhnya ketika dipindahkan, membuat Tuhan murka, dan ia pun mati akibatnya (2 Sam. 6:6-7; 1 Taw. 13:14).
Bagaimana dengan kita hari-hari ini, sampai saat ini, masihkah kita menghargai hal-hal apa pun yang kelihatannya kecil, sepele, bahkan "tidak berarti" padahal sangatlah penting dan begitu berarti bagi kita?
Seberapa jauh dan tinggi pun kita telah meraih, mencapai sesuatu, kiranya kita tidak kehilangan rasa akan menghargai hal-hal yang mendasar tersebut. Karena tanpanya, sesungguhnya kita tidaklah akan pernah sampai pada posisi apa pun yang sekiranya telah kita capai saat ini.
Wahyu 2:4 (TSI), "Tetapi satu hal yang membuat Aku kecewa terhadap kalian: Kalian tidak lagi mengasihi Aku dan saudara-saudari seimanmu seperti pada waktu kalian baru percaya kepada-Ku."
But I have this [one charge to make] against you: that you have left (abandoned) the love that you had at first [you have deserted Me, your first love]. (AMP)
But you walked away from your first love--why? What's going on with you, anyway? (MSG)
"Remember that every big calling starts small." ~ John C. Maxwell
~ FG