Beberapa hari yang lalu, Tuhan mengingatkan dalam hati saya tentang tiga kata berikut ini dalam bahasa Inggris, bahwa dalam kehidupan kerohanian kita bersama-Nya, entah kita akan menjadi coward, cowboy, ataukah coworker. Tergantung pada pilihan kita masing-masing.
Ketiganya bisa menjadi gambaran bagaimana seseorang bersikap terhadap panggilan Tuhan dalam hidupnya:
Seorang pengecut adalah orang yang tahu kebenaran, namun memilih bersembunyi. Ia takut melangkah, takut menanggung risiko, dan akhirnya kehilangan kesempatan untuk dipakai Tuhan. Orang yang selalu hidup dalam ketakutan, ragu-ragu, serta kepengecutan tidak akan pernah melihat rencana besar Tuhan digenapi dalam hidupnya.
"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7)
Cowboy biasanya melambangkan seseorang yang berjalan dan bertindak seenaknya sendiri. Ia ingin mengandalkan kekuatan sendiri, seperti "pahlawan" yang tidak butuh siapa pun, bahkan Tuhan, apalagi orang lain. Cowboy atau "koboi rohani" mungkin bisa saja terlihat kuat dari luar, tapi akan cepat kelelahan, mudah jatuh, dan akhirnya gagal, karena tidak berakar dalam Kristus, dan tidak hidup bersama dalam tubuh Kristus atau komunitas yang mendukung imannya.
"Aku pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5)
Inilah panggilan sejati kita seharusnya. Tuhan memanggil kita bukan untuk menjadi pengecut, bukan juga menjadi lone ranger atau yang selalu mengerjakan segala sesuatu sendiri, melainkan mitra kerja Allah dalam kerajaan-Nya. Sebagai rekan sekerja Allah, kita bekerja bukan untuk nama kita, melainkan untuk kemuliaan-Nya. Kita tidak berjalan sendiri, melainkan bersama-sama saudara seiman, saling menopang, dan membangun tubuh Kristus.
"Sebab kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah." (1 Korintus 3:9)
Pertanyaan dan pilihannya, apakah kita masih orang yang takut melangkah bersama-Nya, ataupun yang sok kuat tapi sebenarnya rapuh di dalam diri, atau maukah kita menjadi pribadi-pribadi yang merendahkan hati, setia melayani bersama Tuhan dan orang lain, sebagai rekan sekerja-Nya, sahabat-sahabat-Nya?
Yakobus 2:23 (FAYH), "Dengan demikian, sebagaimana dinyatakan dalam Kitab Suci, Abraham percaya kepada Allah, dan Tuhan menyatakan dia benar dalam pandangan-Nya, malahan ia disebut 'sahabat Allah'."
And [so] the Scripture was fulfilled that says, Abraham believed in (adhered to, trusted in, and relied on) God, and this was accounted to him as righteousness (as conformity to God's will in thought and deed), and he was called God's friend. (AMP)
The full meaning of "believe" in the Scripture sentence, "Abraham believed God and was set right with God," includes his action. It's that mesh of believing and acting that got Abraham named "God's friend." (MSG)
~ FG