
Satish Khatik dan Sajid Mohammed. Dua orang sahabat sejak masa kecil mereka di India.
Suatu hari, mereka menyewa sebidang tanah kecil di daerah pertambangan. Tidak ada rencana besar. Tidak ada modal luar biasa. Lalu, hampir tanpa sengaja, mereka menemukan sebuah batu besar yang berkilau. Setelah diperiksa secara resmi, batu itu ternyata berlian alami seberat 15,34 karat—salah satu kualitas terbaik—dengan nilai miliaran rupiah jika dikonversikan.
Yang membuat saya berhenti membaca bukan nilai berliannya, tapi pernyataan mereka. Dengan wajah penuh sukacita, mereka berkata bahwa hasil dari berlian itu akan dipakai untuk menikahkan saudari-saudari mereka.
Suatu hal yang menyentuh hati, tindakan tanpa pamrih mereka. Saat menemukan sesuatu yang sangat berharga, respons pertama mereka bukan "aku akhirnya aman", tetapi "keluargaku bisa tertolong".
Di situ saya bercermin.
Bagaimana jika "permata" yang kita temukan bukan berlian, melainkan Firman Tuhan? Bagaimana jika yang kita terima bukan harta fana, tetapi kabar keselamatan?
Matius 10:8b, "Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma."
Kamu sudah diberkati dengan cuma-cuma, maka berkatilah orang lain dengan cuma-cuma. (TSI)
You have been treated generously, so live generously. (MSG)
Firman Tuhan, pengampunan, pengharapan, hidup baru—semua itu bukan milik eksklusif kita. Semua itu anugerah yang dititipkan, bukan disimpan. Sama halnya dengan seperti berlian itu, Satish dan Sajid tidak menguburnya kembali, Injil juga tidak diberikan untuk kita nikmati sendiri.
Bukan karena paksaan, tetapi karena kasih. Karena jika kita benar-benar sadar betapa berharganya apa yang kita terima, maka berbagi bukanlah beban—melainkan respons yang alami.
Mungkin hari ini Tuhan tidak memberi kita berlian 15 karat. Tetapi, Ia memberi kita kesempatan untuk menjadi berkat bagi orang-orang yang kita kasihi: lewat kata yang menguatkan, kesaksian yang jujur, doa yang setia, atau keberanian untuk membagikan Injil.
Pertanyaannya sederhana, jika kita menemukan permata rohani yang begitu berharga, apakah kita akan memakainya sendiri—atau membagikannya dengan kasih? Semoga hidup kita menjadi saluran anugerah-Nya.
~ JP