Di jalanan, mungkin kita sering lihat stiker-stiker bertuliskan kata-kata indah dan penuh makna di kendaraan, misalnya seperti:
"Baby on board."
"Surga ada di bawa telapak kaki ibu."
Dan lainnya.
Tapi, terkadang perilaku pengemudi justru berbanding terbalik dengan pesan yang mereka pasang. Ada yang saat mengemudi ugal-ugalan, kebut-kebutan, bahkan tak jarang bikin sesama pengguna jalan merasa tidak aman.
Terkait itu, iman kita bukan hanya dengan kata-kata atau label di kendaraan ataupun atribut lainnya, tapi dengan kehidupan yang mencerminkan kasih, kesabaran, dan keselamatan bagi orang lain.
Kontribusi apa yang kita berikan bagi sesama? Apakah kita sudah memberi teladan kasih dalam hal-hal kecil sehari-hari? Bahkan apakah cara kita mengemudi menunjukkan kita menghargai keselamatan orang lain? Apakah kata-kata iman yang kita sampaikan konsisten dengan sikap serta perilaku kita di manapun berada?
Iman kita bukan hanya soal memamerkan identitas, tapi soal bagaimana kita benar-benar berjalan mengikuti jejak Kristus dalam setiap tindakan kita, termasuk mungkin di jalan raya.
Bawalah iman kita dalam setiap aspek hidup—dalam perkataan, dalam sikap, dan dalam perbuatan. Karena kasih yang kita nyatakan lewat perilaku sehari-hari adalah kontribusi nyata kita untuk dunia ini.
Yakobus 2:26 (TSI), "Jadi, ibarat seseorang terbukti masih hidup kalau dia bernafas, demikianlah keyakinan terbukti benar kalau ada perbuatan."
For as the human body apart from the spirit is lifeless, so faith apart from [its] works of obedience is also dead. (AMP)
Remember that when our spirits permanently leave our bodies, our bodies are dead and useless. Similarly, if someone says, "I trust in God," but does not do things to help others, what that person says about trusting in God is useless. (DEIBLER)
~ FG