GBI PRJ (CK7)

Mungkin ada di antara kita yang tidak bisa mengendalikan emosi. Kita memiliki pilihan apakah mau dikuasai oleh emosi atau menguasai diri kita. Kita harus memiliki emotional management atau manajemen emosi, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, dan mengontrol emosi, baik emosi diri sendiri maupun meredakan emosi orang lain. Ini melibatkan keterampilan untuk menyadari berbagai macam emosi yang muncul, baik positif maupun negatif dan bagaimana mengendalikannya.

Pengkhotbah 7 : 9
Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh.

Kita belajar dari pengalaman hidup Yusuf yang mengalami berbagai hal dalam menguji dirinya terkait pengendalian diri, terutama untuk mengendalikan perasaan maupun emosinya.

Kejadian 37 : 5 - 7 
Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya. Karena katanya kepada mereka : Coba dengarkan mimpi yang kumimpikan ini : Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu.

Kejadian 39 : 1 - 4 
Yusuf di rumah Potifar - Adapun Yusuf telah dibawa ke Mesir; dan Potifar, seorang Mesir, pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja, membeli dia dari tangan orang Ismael yang telah membawa dia ke situ. Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu. Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai TUHAN dan bahwa TUHAN membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya, maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf.

Yusuf mengalami berbagai macam situasi kehidupan yang membuatnya tidak bisa mengendalikan diri ataupun emosinya, namun ia tidak berlarut-larut dalam perasaan sedih, marah, bersungut-sungut, atau sikap buruk lainnya, melainkan memilih untuk melakukan hal yang benar, tulus, dan taat melakukan bagian kewajibannya di hadapan Tuhan. Tuhan mengangkat dan memakai kehidupan Yusuf menjadi berkat bagi banyak orang, bahkan keluarga besarnya.

Belajar mengontrol dan mengendalikan emosi :

1. Kendalikan emosi dengan tetap fokus pada janji-janji Tuhan dan bukan kepada masalah-masalah yang ada. 

2. Kendalikan emosi dan minta hikmat dari Tuhan sebelum kita melangkah di dalam melakukan sesuatu.

3. Kendalikan emosi kita, serta lakukan perubahan agar memutus rantai kebencian.

Kita dapat mengakhiri siklus keluarga “toxic” atau keluarga yang penuh dengan kebencian serta kata-kata yang tidak membangun, yaitu mulai dari diri kita sendiri. Mungkin ada di antara kita yang pernah mengalami perlakukan dan perkataan-perkataan yang tidak membangun dari generasi-generasi sebelumnya, namun kita dapat memilih untuk menghentikannya dengan mulai memberkati dan memperkatakan perkataan-perkataan berkat kepada generasi berikutnya di depan kita.

Semua kutuk, kebiasaan buruk, dan “dosa-dosa warisan” seharusnya berhenti di dalam kita, karena Tuhan Yesus ada di dalam hidup kita.

Filipi 3 : 10
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.

Tuhan mengizinkan kita mengalami hidup yang gelap di masa lalu, hal ini terjadi supaya kita menjadi saksi tentang bagaimana karya dan anugerah yang luar biasa dari Tuhan telah mengubahkan dan memulihkan hidup kita.

“A bad start isn’t a bad finish.” Sebuah permulaan atau masa lalu yang buruk belum tentu akan berakhir dengan buruk juga apabila kita memilih untuk mengalami perubahan yang baik di dalam perjalanannya menuju masa depan.

Masa lalu yang buruk atau latar belakang keluarga yang gelap, tidak berarti masa depan juga kelam, karena ada kuasa kebangkitan Yesus Kristus yang harus kita raih dalam Tuhan.

Tuhan Yesus Memberkati