• Integrity Convention Centre
    Mall MGK Lt. 9
  • Contact
    021 2605 1888
  • Worship Service
    07:00 - 16:30 WIB
Ev. Dr. Indri Pardede
  • Ibadah Live Streaming 1, Ibadah Live Streaming 2, Ibadah Live Streaming 3, Ibadah Live Streaming 4, Ibadah Live Streaming 5
  • Ev. Dr. Indri Pardede
  • 27 Agustus 2023
  • Pk. 07:00, 09:00, 11:30, 14:00, 16:30 WIB
Pemesanan DVD Khotbah dapat dilakukan via telp di 021 2605 1888 / 021 2937 1333 atau melalui counter sekretariat pada saat Ibadah Raya Hari Minggu.

Amsal 14:1
Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri.

Firman Tuhan bukan bersifat eksklusif, atau untuk kalangan dan orang-orang tertentu saja, melainkan setiap kita yang mengaku percaya serta mau merespons terhadapnya. Kita sebagai orang percaya adalah calon mempelai-mempelai Kristus. Artinya, firman ini juga bagi setiap kita yang mau menghidupinya.

Dikatakan, terkait keluarga, ada yang mendirikan dan membangun, maupun yang meruntuhkan dan menghancurkan. Jadi, hanya dua pilihannya: mau membangun, atau meruntuhkannya?

Iblis tidak suka melihat keluarga rukun atau diberkati, dan ada unity. Karena itu, dia berusaha mati-matian membuat ketidakrukunan maupun ketidakbersatuan. Selain itu, supaya tidak terjadi kuasa doa atas keluarga. Sesungguhnya, penginjilan yang paling efektif bukan dimulai dari KKR besar-besaran, melainkan karena keluarga-keluarga Kristen yang tetap memiliki 'anggur yang manis' ataupun harmonis sampai hari ini.

Nah, cek hari-hari ini, bagaimana dengan keluarga kita? Apakah membangun, ataukah menghancurkannya dengan tangan kita sendiri?

1 Samuel 20:30 
Lalu bangkitlah amarah Saul kepada Yonatan, katanya kepadanya: "Anak sundal yang kurang ajar! Bukankah aku tahu, bahwa engkau telah memilih pihak anak Isai dan itu noda bagi kau sendiri dan bagi perut ibumu?"

Kata-kata kita bisa saja menghancurkan kehidupan dan masa depan anak-anak kita. Jadi, hati-hati.

Apa yang seharusnya kita lakukan untuk membangun keluarga Kristen yang bahagia? Sebab, selain ada peran Tuhan untuk menolong dan memberkati, ada pula bagian kita untuk merespons, serta menaati apa kata Tuhan, melalui firman-Nya. Sementara itu, Iblis sangat ingin melihat kehidupan keluarga kita hancur serta tidak berbahagia.

Yohanes 10:10
Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

Sebagai keluarga, harus ada rasa saling. Tidak bisa hanya bertepuk sebelah tangan, atau bergerak sendiri-sendiri, dan tidak saling mendukung. Karena itulah, kita mesti saling membangun dalam keluarga. Nah, apa saja yang perlu dibangun?

•    Yang pertama, membangun komunikasi. 
Bangunlah 'komunikasi yang baik dan sehat', sebab kalau tidak, maka komunikasinya sakit serta rusak. Janganlah terlalu membesar-besarkan masalah. Untuk membangun komunikasi yang sehat: masalah besar dikecilkan, masalah kecil dihilangkan! Jangan suka ungkit-ungkit masalah yang sudah lampau. Bayangkan, kalau Tuhan mengungkit dan menghitung masalah-masalah atau kesalahan, betapa kita sudah sangat mengecewakan Dia!

Ada waktunya pula untuk belajar diam, atau berdiam diri, tidak membalas emosi dengan emosi. Melainkan, tenang, dan berdoalah.

•    Yang kedua, membangun kepercayaan. 
Jika terus-menerus curiga, was-was, serta asumsi, itu berbahaya. Mungkin kita pernah merasakan trauma, tetapi belajarlah percaya. Bagaimana kita bisa percaya pada kebaikan Tuhan apabila kita kurang mempercayai keluarga kita sendiri?

Ayub 3:25-26
Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku. Aku tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul.

Sebaliknya, kenakanlah pikiran Kristus, yaitu belajar menyaring atau memfilter dengan firman Tuhan. Percayakan, dan serahkanlah keluarga serta rumah tangga kita ke tangan-Nya.

•    Yang ketiga, membangun rasa saling menghargai. 
Sering kali, risiko kehancuran dapat terjadi akibat saling menjatuhkan, ataupun tidak menghargai. Ingat bagaimana keluarga Daud dan Mikhal istrinya hancur karena memandang rendah suaminya itu? Jangan sampai kita mempermalukan pasangan, suami atau istri kita. Karena, sewaktu ada rasa hormat, akan beda hasilnya, yaitu damai sejahtera. Keluarga kita juga akan bahagia.

Ayah saya seorang pengusaha yang cukup berhasil. Mama saya hanya seorang ibu rumah tangga biasa, bahkan lulusan kelas 5 SD. Jadi, perbedaan yang sangat jauh. Dari segi penampilan, ibu saya juga sederhana. Tetapi, setiap kali ayah akan memulai sebuah usaha, ia tidak akan pernah lupa bertanya kepada mama terlebih dulu yang juga adalah seorang pendoa. Jangan juga kita merasa sok tahu—entah siapa pun kita, sudah menjadi papa atau mama, maupun masih anak-anak dan remaja. Hargailah juga perasaan mereka.

•    Yang keempat, membangun keintiman. 
Masih adakah quality time atau waktu yang berkualitas dengan keluarga kita? Jangan cuma pintar cari uang, tetapi pandailah juga menyediakan waktu dengan keluarga. Adakan waktu-waktu kebersamaan. Sebab, uang sungguh-sungguh bukanlah segalanya.

Keluarga adalah prioritas dalam Kerajaan Surga. Jaga dan sayangi keluarga selama mereka masih bersama kita, bangunlah keintiman atau waktu yang penuh kualitas. Jangan jadi sekadar rutinitas. Suami-istri juga kadang perlu hanya pergi berdua, dan menitipkan anak pada orang tepercaya. Sebab, kalau tidak bisa intim dengan pasangan, bagaimana mungkin tetap merasakan kasih yang mula-mula kepada Tuhan Yesus? Jangan sampai kasih kita juga sudah hambar, serta tawar.

•    Yang kelima, membangun kepekaan. 
Apakah kita sungguh-sungguh mengenal suami, istri, anak-anak, orangtua kita? Apa yang menjadi kesukaan mereka? Know your family. Kepekaan itu dibangun. Saya sempat bertahun-tahun tidak mengenal suami saya, sampai akhirnya saya menyadari pribadinya. Sekarang keluarga kami sudah dipulihkan. Sewaktu kita sungguh-sungguh mengenal suami, istri, anak-anak, dan orangtua kita, saat itulah kita akan membangun keluarga yang bahagia.

Hari-hari ini, jangan hanya bangga dengan berkata bahwa kita orang Kristen. Pertanyaannya, Kristen yang bagaimana, dan seperti apa?

Kalau kita membangun keluarga yang bahagia dengan kasih Tuhan, kita adalah orang-orang Kristen yang dewasa rohani. Sebab, Kristen dewasa adalah calon Mempelai Wanita Kristus. Kelak, ketika Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya, Dia akan datang sebagai Raja, bukan lagi sebagai bayi.

Tuhan telah mempercayakan keluarga pada kita untuk kita jaga. Karenanya, bangunlah keluarga kita dengan komunikasi yang baik dan sehat, membangun kepercayaan, rasa saling menghargai serta menghormati, adanya keintiman atau waktu yang berkualitas, dan kepekaan maupun saling memperhatikan serta peduli. Hingga harinya nanti, kita masuk bersama-sama dalam Kerajaan Surga, sebagai satu keluarga yang bahagia.

 

Tuhan Yesus Memberkati

Persembahan

Follow

Bagi Bapak / Ibu yang membutuhkan Ringkasan Khotbah Ibadah Raya I s/d V, 2PM Service, Kebaktian Tengah Minggu, Women Of Integrity maupun Doa Fajar via Whatsapp atau Email Whatsapp Email