GBI PRJ (CK7)

Mungkin sebagian dari kita ada yang pernah mendengar Ingwer Ludwig Nommensen, namun bagi kita yang belum mendengarnya, ia adalah seorang pemuda Jerman yang tidak terkenal, awalnya biasa saja, tanpa punya koneksi besar, dan tubuhnya pun sering sakit.

Tetapi dari kisah hidupnya, kita mulai melihat pola yang sama, setiap kali ia punya alasan untuk mundur, Tuhan justru membuka pintu yang membuatnya melangkah lebih jauh bersama-Nya. Ada satu hal yang langsung terasa ketika membaca pengalaman hidup Nommensen, ia bukan datang untuk sukses, melainkan ia datang untuk taat.

Di titik itu, saya bertanya dalam hati, "Apa yang membuat seseorang mau rela memberikan seluruh hidupnya dengan total kepada Tuhan?"

Apakah sekadar materi, posisi, jabatan, atau hal lahiriah lainnya?

Jawabannya muncul pelan namun secara jelas, bahwa kasih Tuhan yang dibalas dengan ketaatan.

Kita tahu, Nommensen berjalan masuk ke Tanah Batak seperti seorang petani yang tidak membawa banyak bibit, tetapi ia percaya tanah itu subur. Ia mempelajari bahasa mereka, makan makanan lokal, duduk berjam-jam mendengar cerita penduduk setempat, dan perlahan tanpa ia sadari ia sedang menabur benih Injil di hati mereka.

Hari ini mungkin kita sudah  mengetahui ceritanya, namun sewaktu ia melakukannya tidak ada yang spektakuler. Mungkin tidak ada tepuk tangan. Bahkan tidak ada kepastian untuk berhasil. Namun, justru sering kali di situ letak keindahannya, bahwa karya terbesar Tuhan sering kali dimulai dari langkah kecil yang tidak ada saksinya.

I. L. Nommensen mengatakan, "Jika Tuhan memanggilku ke Tanah Batak, maka ke Tanah Bataklah aku pergi." Tidak ada negosiasi. Hanya dengan ketaatan untuk pergi. Dari ketaatan yang tampak kecil itu, ribuan orang diselamatkan.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga memiliki ketaatan yang sama? Mungkin Ia bukan memanggil kita untuk melanglang jauh, melainkan mungkin ke ruang kerja kita, di keluarga kita, dalam pertemanan kita, melalui sekolah-sekolah, maupun kepada orang-orang yang sesungguhnya sedang mencari terang dan kasih Tuhan tapi tidak tahu harus bertanya ke siapa selain kita.

Tuaian memang banyak, tetapi penuai sedikit.

Maukah kita menjadi seperti Nommensen yang taat ke manapun Ia mengutus kita, dan melakukan apa pun yang Ia ingin untuk kita kerjakan? Tuhan tidak mencari orang yang hebat ataupun besar dan kuat. Ia hanya mencari orang-orang yang mau berkata, "Jika Engkau memanggilku ke sana, maka ke sanalah aku melangkah."

Matius 9:37–38 (FAYH), "'Tuaian begitu banyak, tetapi yang menuai sedikit sekali,' kata-Nya kepada para murid-Nya. 'Oleh karena itu, berdoalah kepada Pemilik tuaian, dan mintalah kepada-Nya supaya mempekerjakan lebih banyak penuai di ladang-Nya.'"

Then he gave this illustration to us disciples: "The people who are ready to receive my message are like a field that is ready to be harvested {for people to harvest}. But there are only a few of you who are teaching people my message. So pray and ask the Lord God to send more workers who will gather people together and teach them my message, just like a landowner sends workers into his field to gather the harvest." (DEIBLER)

"What a huge harvest!" he said to his disciples. "How few workers! On your knees and pray for harvest hands!" (MSG)

~ JP