Melihat adegan dalam film 'Brave the Dark', ada salah satu adegan yang membuat saya tertempelak, yaitu ketika Stan Deen sang guru mengatakan dengan keras kepada "anak asuhnya" yakni muridnya sendiri yang sangat bermasalah karena masa lalunya, "Ayo, kita benar-benar berbicara!"
Benar-benar berbicara.
Karena, misalnya saja kita, jika boleh jujur, kapankah terakhir kali kita benar-benar, sungguh-sungguh berbicara sambil menatap mata lawan bicara kita, apalagi dengan orang-orang terkasih? Bukankah sering kali kita melihat layar HP saja alih-alih? Sehingga, tidak sungguh-sungguh memperhatikan ataupun menyimak penjelasan dan perkataan mereka.
Selain Brave the Dark, pada film Patch Adams juga ada sebuah adegan yang benar-benar menempelak, yaitu ketika Hunter sedang berkonsultasi dengan seorang konselor namun sang konselor tidaklah sungguh-sungguh memperhatikan apa yang diperbincangkan olehnya, selain hanya menulis-nulis, malah sambil membuat minuman, dan melihat-lihat jam. Tanpa benar-benar memahami, menyadari, turut merasakan apa yang menjadi isi hati, pemikiran maupun pembicaraan si Hunter.
Bagaimana dengan kita sendiri?
Apakah kita masih benar-benar menyediakan waktu keluarga, tanpa gadget ataupun melakukan hal-hal lainnya, melainkan benar-benar menikmati kebersamaan dengan mereka, sungguh-sungguh menyimak, memperhatikan perbincangan dan pembicaraan mereka?
Saya rasa, jika Tuhan Yesus sendiri sedang ada bersama dengan kita, Ia akan sungguh-sungguh menyimak, mengobrol, dan sungguh-sungguh ingin tahu apa yang menjadi isi hati, pikiran, maupun pergumulan kita saat ini.
Karena itu, saat ada kesempatan untuk berbicara dengan orang lain, usahakanlah untuk benar-benar memperhatikan, mengerti bahkan apa yang disampaikan melampaui sekadar kata-kata mereka, karena kita memiliki kepekaan serta kepedulian.
Yohanes 3:1-3 (TSI), "Pada suatu malam, seseorang bernama Nikodemus datang kepada Yesus. Dia adalah anggota kelompok agama Yahudi yang disebut Farisi, juga salah satu pemimpin agama Yahudi. Nikodemus berkata kepada Yesus, "Guru, kami tahu bahwa Guru diutus Allah untuk mengajar kami, karena tanpa bantuan Allah, tidak ada seorang pun yang bisa melakukan keajaiban-keajaiban seperti yang Guru lakukan." Jawab Yesus kepadanya, "Aku menegaskan kepadamu bahwa perkataan ini benar: Tidak ada seorang pun yang bisa menjadi warga kerajaan Allah kalau dia tidak dilahirkan kembali."
NOW THERE was a certain man among the Pharisees named Nicodemus, a ruler (a leader, an authority) among the Jews, Who came to Jesus at night and said to Him, Rabbi, we know {and} are certain that You have come from God [as] a Teacher; for no one can do these signs (these wonderworks, these miracles--and produce the proofs) that You do unless God is with him. Jesus answered him, I assure you, most solemnly I tell you, that unless a person is born again (anew, from above), he cannot ever see (know, be acquainted with, and experience) the kingdom of God. (AMP)
There was a man named Nicodemus, who was a member of the Jewish religious council. He belonged to the Pharisee religious sect. He went to see Jesus at night, to talk to him about God's kingdom. He said to Jesus, "Teacher, we believe that you are a teacher who has come from God. We believe this because we know that someone could perform the miracles you are doing only if God were helping him." Jesus replied to him, "Listen to this carefully: Unless people are born again and have a new life from God, they cannot experience God ruling their lives." (DEIBLER)
Yohanes 4:7 (BSD), "Yesus duduk sendirian karena pengikut-pengikut-Nya pergi ke kota untuk membeli makanan. Sementara Yesus duduk di situ, datanglah seorang wanita Samaria untuk mengambil air. Yesus berkata kepadanya, 'Bu, bolehkah Aku minta minum?'"
A woman, a Samaritan, came to draw water. Jesus said, "Would you give me a drink of water?" (MSG)
Mari benar-benar bicara, dan bicara yang benar-benar.
~ FG