GBI PRJ (CK7)

Kejujuran, bagi sebagian orang merupakan suatu hal yang tidak realistis, sesuatu yang langka, bahkan sebuah “mitos”. Kejujuran tidak bisa difabrikasi atau dibuat-buat, sebab pada akhirnya akan muncul keluar. Kejujuran, adalah sebuah prinsip rohani, nilai ilahi yang perlu kita miliki, dan seharusnya tertanam kuat di dalam diri, hati, dan hidup kita.

Pengkhotbah 7 : 29
Lihatlah, hanya ini yang kudapati : bahwa Allah telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih.

Kata ‘dalih’ dalam bahasa Inggris: ‘scheme’ atau skema untuk menipu supaya bertahan, memperoleh keuntungan, dan mengerjakan kepentingan pribadi dengan cara-cara yang tidak jujur, karena manusia jatuh dalam dosa. Seharusnya makin lama kita hidup, makin kita serupa dengan Yesus yang jujur, menjadi garam dan terang dunia, bukan sekadar “garam dan terang bagi gereja”. Tuhan sendiri yang akan menyertai, memelihara, memberkati, mempromosikan, dan mengangkat orang yang jujur.

Amsal 14 : 11
Rumah orang fasik akan musnah, tetapi kemah orang jujur akan mekar.

Yesaya 33 : 15 - 16
Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang menolak untung hasil pemerasan, yang mengebaskan tangannya, supaya jangan menerima suap, yang menutup telinganya, supaya jangan mendengarkan rencana penumpahan darah, yang menutup matanya, supaya jangan melihat kejahatan, dialah seperti orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, bentengnya ialah kubu di atas bukit batu; rotinya disediakan air minumnya terjamin.

Kita diingatkan untuk menjadi orang dan pribadi yang mau serupa dan segambar dengan Dia, salah satunya dalam kejujuran. Jika kita hidup jujur, kita menjadi seorang yang dapat dipercaya. Jangan berharap Tuhan akan bekerja sama dengan orang yang fasik atau tidak jujur. Tuhan rindu menyelamatkan orang berdosa dan memulihkannya, agar dalam kebenaran, Ia dapat bekerja melalui dia. Namun, jika kita sudah bertobat dan masih hidup dalam ketidakbenaran, Tuhan tidak akan menolong. 

Amsal 28 : 20
Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman.

Dengan hidup jujur, kita dapat menjalani hidup tanpa beban yang tidak perlu, dan tampil secara apa adanya. Kejujuran akan membuat kita tidur nyenyak, tidak terduduh, dan hidup secara terbuka bagi orang lain. Sebab, dengan ketidakjujuran atau kebohongan, kita akan berusaha menutupinya dengan ketidakjujuran dan kebohongan lainnya.

Karena itu, dengan hidup jujur dan apa adanya, sesungguhnya kita ini sedang menolong diri kita sendiri. Artinya, memudahkan bagi Tuhan untuk segera menolong dan melindungi kita.

Amsal 2 : 7
Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya.

Amsal 2 : 21 - 22
Karena orang jujurlah akan mendiami tanah, dan orang yang tak bercelalah yang akan tetap tinggal di situ, tetapi orang fasik akan dipunahkan dari tanah itu, dan pengkhianat akan dibuang dari situ.

Jadilah seperti Ayub yang sekalipun mengalami berbagai hal buruk dan pergumulan sangat berat, ia tetap hidup jujur. Jadilah representasi Allah dan duta kerajaan surga yang jujur.

Ayub 1 : 8 - 10
Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis : Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub ? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Lalu jawab Iblis kepada TUHAN : Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah ? Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya ? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.

Mazmur 37 : 37
Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan.

Arti menjadi seseorang yang hidup jujur :

• Menjadi orang yang tidak suka berbohong atau menipu.

Amsal 29 : 12
Kalau pemerintah memperhatikan kebohongan, semua pegawainya menjadi fasik.

Kata ‘memperhatikan’ pada ayat tersebut berarti mempercayai dan menghidupi. Jadi, jika memperhatikan kebohongan, maka kita mempercayai dan menghidupi kebohongan. Akar dari korupsi pun adalah ketidakjujuran.

• Menjadi seorang yang melakukan dan mengatakan sesuatu dengan sepenuh hati.

Yesaya 32 : 8
Tetapi orang yang berbudi luhur merancang hal-hal yang luhur, dan ia selalu bertindak demikian.

Kita tidak bisa menjadi hamba dari dua tuan, dengan kata lain orang yang tidak jujur tidak akan mengabdi dan mengasihi secara sepenuh hati. Di mana tidak ada sepenuh hati (full heart), di situ ada indikasi ketidakjujuran (dishonesty).

• Menjadi seorang yang hatinya tulus dan memilih apa yang benar.
Orang yang jujur tidak akan “neko-neko”, melainkan memilih ketulusan, tidak ada motivasi lain atau udang di balik batu. Mengapa ? Karena ia sadar, berkatnya yang akan ia terima bukanlah sekadar dari manusia, melainkan hanyalah dari Tuhan. Orang yang tulus, jujur, dan apa adanya akan tetap berjuang bagi hal-hal yang benar.

• Menjadi seorang yang bertanggung jawab.
Pada akhirnya, akan sulit mengharapkan tanggung jawab dari seseorang yang hidupnya tidak jujur. Percayalah, sifat jujur adalah sesuatu yang realistis dan relevan sampai saat ini, bahkan sampai kapan saja. Ada berkat yang besar melalui kejujuran.

Tuhan Yesus Memberkati